Saturday, February 7, 2015

Muntah

Lagi pengen muntah. Muntah kata. Muntahnya kayak keren. Tapi yang namanya muntah ya muntah. Keluar ya keluar. Ngga all-things bad juga, ada serpihan padet yang belum dicerna sempurna. Mungkin dia menolak masuk, atau mau keluar cari angin. Atau belum pantes masuk karena butuh keluar dulu untuk kemudian bisa masuk lagi ke pencernaan? Kayak muntahan yang nyelip di sela-sela gigi. Aneh deh. Tapi muntah ya muntah. Keluar begitu aja karena pencernaannya ngambek.
Kalau muntah kata, siapa yang berperan ngambek? Katanya muntah kata bikin jadi cerewet. Sedikit-sedikit komentar, sebentar-sebentar ngoreksi. Kata orang Sunda itu maceuh. Maceuh bukan Maicih, bukan juga cameuh. Maceuh is nice. Karena dia bukan Maicih. Maicih pedas maka dari itu dia nggak nice. Maceuh mungkin temannya Maicy, tapi Maicy tidak maceuh. Tapi maceuh bisa mengganggu kalau tidak pada tempatnya. Lalu, harusnya di manakah tempatnya maceuh? Mungkin bukan di rumah Maicy yang sedang makan Maicih. Maicy akan kepedasan, sehingga yang maceuh misuh-misuh. Mbok ya pengertian sama Maicy yang sedang sibuk minum air. Lari lah ke grup sebelah. Tapi kalau di grup sebelah ada pula yang sedang maceuh, jangan coba-coba menjadi maceuh. Don't steal their thunder. Ngga ada yang mau petirnya dicuri. Kecuali little Johny, karena dia wants to play tapi rain-nya nggak come another day. Jadi harus ada orang yang steal Johny's thunder sehingga rain-nya bisa go away.
Ya, atau mungkin ngga ada cara lain. Yang namanya muntah adalah dibuat diri sendiri untuk peringatan terhadap diri sendiri akan kenggakberesan pada diri sendiri. Sehingga, ya, seperti yang sudah dibilang tadi, mungkin ngga ada cara lain, selain muntah katalah for yourself only. Seperti saya yang sekarang sedang bicara dengan saya. Bicaralah. Bicaralah sama kamu sendiri. Kan kamu yang butuh.

No comments:

Post a Comment